Maafkan judulnya yang terlalu buruk. Namun level gemas saya memang sudah
melebihi galaunya abege yang di-teman-pinjam-catatan-tapi-terus-terusan-zone-in
sama gebetannya. Hampir setiap hari ada yang bertanya ke saya: obat buat
radang, obat buat sakit gigi, obat yang katanya bisa bikin ini itu, bentuknya
kecil warnanya hijau itu apa ya, Mbak?
Tidak dipungkiri bahwa saat ini kecepatan penyebaran informasi terjadi
dengan frekuensi begitu tinggi terutama di era social media. Kita sangat
mudah dalam mendapatkan segala informasi yang kita butuhkan termasuk tentang
obat. Hanya diperlukan waktu beberapa menit saja untuk kita memasukkan keyword
di kolom google search lalu
memperoleh hasil yang kita inginkan. Namun yang tidak banyak kita sadari adalah
validitas sumber yang dibaca. Hal ini akan menjadi sangat penting ketika
informasi yang dicari adalah seputar kesehatan dan obat. Hasilnya? Banyak
sekali penggunasalahan (iya, sengaja, bukan penyalahgunaan) obat karena kita rajin
melakukan riset terlebih dahulu menelan mentah-mentah informasi yang
kita dapat dari internet tanpa mengkonfirmasi langsung ke ahlinya (dokter atau
apoteker). Salah satu kasus yang sangat banyak ditemui adalah seringnya
masyarakat mengkonsumsi obat dexamethasone yang sering disebut obat dewa.
Banyak disebut obat dewa karena persepsi masyarakat selama ini dexamethasone
ampuh untuk mengobati segala macam keluhan penyakit. Tetapi apakah kita sudah
tahu cara penggunaan yang benar, berapa dosisnya dan apa dampaknya jika
digunakan dengan tidak benar? (Oke, ini kita serius)
Dexamethasone secara ilmiah termasuk dalam golongan steroid yang mempunyai fungsi sebagai anti-inflamasi dan
immunosupresan. Sebagai anti-inflamasi, obat ini akan meredakan gejala seperti
bengkak, nyeri, panas, dan kemerahan sementara sebagai immunosupresan
dexamethasone akan bekerja menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi
rangsang. Hal ini yang kemudian dipahami masyarakat kita sebagai “obat apa saja
bisa” karena dapat mengatasi segala macam keluhan. Bahkan dexamethasone telah
banyak disalahgunakan oleh sebagian besar orang untuk memperbesar otot dengan
tujuan tertentu. Hal yang sering dilupakan dan tidak disadari adalah efek
samping yang ditimbulkan apalagi dengan penggunaan serta dosis yang tidak
benar.
Untuk pemakaian oral (ditelan), dosis yang dianjurkan untuk dewasa adalah
0,75 – 0,9 mg per hari dalam 2-4 dosis terbagi sedangkan untuk anak-anak 0,02 –
0,3 mg per kilogram berat badan per hari dalam 3-4 dosis terbagi (Maaf kalo roaming). Berbicara mengenai dosis anak,
memang harus dihitung berdasarkan berat badan atau luas permukaan tubuh karena
anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa. Jika kita masih sering menggunakan
patokan satu tablet untuk dewasa dan setengah tablet untuk anak-anak, maka
persepsi ini harus sudah diubah mulai dari sekarang. Konsultasikan masalah
dosis ini ke apoteker kita saat membeli obat di apotek.
Nah terus apa dampaknya kalau pemakaiannya sembarangan? Dexamethasone
bekerja dengan mempengaruhi metabolisme karbohidrat sehingga jika penggunaannya
salah akan terjadi gangguan dalam proses ini yang dapat mengakibatkan
hiperglikemia atau dalam bahasa awam sering disebut peningkatan kadar gula
dalam darah. Jika hal ini dilakukan dalam jangka waktu lama dan terus menerus
maka akan berujung pada diabetes mellitus (DM). Selain itu, akan tampak dampak
yang lebih serius yaitu moon face dikarenakan adanya penumpukan cairan
di bagian wajah terutama bagian pipi. Tidak hanya itu, dexamethasone juga
bekerja dengan mempengaruhi proses pembentukan protein di dalam tubuh sehingga
jika penggunaannya tidak benar akan terjadi juga gangguan dalam metabolisme
protein. Dampaknya adalah akan terjadi kehilangan protein besar-besaran dari
otot yang akan bermuara pada gejala keletihan otot (weakness). Jika
beberapa gangguan itu muncul biasanya yang terjadi adalah komplikasi, dalam hal
penggunasalahan dexamethasone ini dapat mengarah ke psikosis, katarak,
glaukoma, hingga tukak lambung.
Jika sudah terjadi gangguan atau komplikasi, pemakaian dexamethasone tidak
bisa langsung dihentikan begitu saja karena dapat terjadi withdrawal effect
yang justru menyebabkan kekambuhan penyakit sebelumnya. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah konsultasikan kondisi kita ke dokter atau apoteker untuk
melakukan pengurangan dosis secara bertahap. Pengurangan dosis yang dalam dunia
kesehatan dikenal dengan istilah tappering off sifatnya adalah
individual dan melalui tahap trial and error sehingga perawatan yang
diterima setiap orang tidak selalu sama.
Lalu, bagaimana menyikapi hal ini? Sebagai generasi yang tidak bisa
konsentrasi saat smartphone ketinggalan,
tentu saja kita dapat mencari informasi dari manapun serta yang tidak kalah
penting adalah untuk selalu mengkonsultasikan kepada apoteker segala hal yang
berhubungan dengan obat yang akan kita konsumsi. Told ya, saat akan membeli obat, perhatikan kandungan obat yang
akan dibeli terutama untuk obat pereda gejala flu dan alergi karena sebagian
besar mengandung dexamethasone. Jangan ragu-ragu untuk selalu menanyakan efek
samping yang mungkin terjadi jika dikonsumsi dalam waktu beberapa hari berikut
dengan cara pengatasannya. Beberapa obat hanya butuh dihentikan penggunaannya
untuk mengatasi efek samping yang ditimbulkan namun beberapa yang lain juga
membutuhkan perlakuan tertentu.
Begitulah kiranya dari saya. Semoga setelah ini level kegemasan saya bisa
berkurang menjadi setara apoteker yang sedang di-tanya-tanya-tentang-dexamethason-zone-in.
Egimana?
Comments
Post a Comment