Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2011

Thank God, It’s Friday

Bahagia tak terkira akhir pekan ini benar-benar saya habiskan di Salatiga, kota indah selamanya, tanpa harus mengorbankan jam kuliah.. Wow, what a win-win solution! (hahaha). Tapi saya merasa aneh saja ketika tiba-tiba saya merindukan kuliah manajemen yang sudah “ditiadakan” beberapa minggu yang lalu. Padahal untuk menghadiri kelas ini dibutuhkan suntikan intravena semangat lima kali dosis dari dosis lazim seperti mata kuliah lainnya. Bayangkan saja kuliah Jumat sore pukul 15.00 till drop (lege artis). Lege artis (dibaca:tergantung dosen) karena mata kuliah in diampu oleh tiga dosen berbeda dengan tiga metode berbeda pula. Kadang satu sks, kadang dua sks, tapi ada suatu ketika kami pernah kuliah sampai empat sks pada H-3 UAS. What a day! (karena Jumat sore bagi saya adalah rutinitas mendebarkan mengejar bus Jogja-Solo agar tidak terlalu larut sampai di Kartasura) di sinilah saya harus mengejar bus arah Semarang Saat ini, entah kenapa saya begitu merindukan mata kuliah itu. Mungkin

SKRIPSI : Grhasia Undercover (I)

Kalau boleh saya ibaratkan hidup itu seperti proses lompat jauh, maka saat ini saya sedang berada di titik yang sangat krusial, yang menentukan seberapa jauh saya akan melompat, di mana saya akan mendarat dan bagaimana posisi mendarat saya. Ya, saya sedang berada di titik tolak itu, satu kata, skripsi. Bagi saya skripsi bukanlah tujuan utama, namun dia menjadi salah satu yang menentukan seberapa jauh pencapaian kita nantinya. Karena di dalam skripsi lah kita mengalami puncak dari segala proses belajar kita di semester sebelumnya. Skripsi itu tidak seperti cinta, karena skripsi itu memang cinta; tidak bisa dipaksakan dan harus diungkapkan. Namun lebih itu, skripsi letaknya ada di sini, di hati. Dan saya benar-benar mengalami perjalanan hati saat menjalani proses ini. Seperti hari ini, siapa sangka seorang pasien skizofrenia membuatkan saya sebuah puisi hanya karena saya mau diajaknya ngobrol, sharing . Ngobrol? Sharing? Mungkin di antara teman-teman ada yang menyangsikan hal ini. Saya

Amanah (Selalu Ingatkan Kami tentang Ini)

Ada kalanya kita merasa menjadi orang paling sibuk sedunia. Merasa semua hal masuk dalam otak kita dan itu semua menuntut untuk diselesaikan dalam waktu yang berdekatan a.k.a manusia berkawan deadline. Tanpa kita sadari bahwa ternyata di sisi lain banyak hal yang belum kita kerjakan atau justru kita tinggalkan karena kita menganggapnya sebagai second priority. Padahal justru hal-hal sederhana itulah yang menjadi alasan mengapa kita masih bisa bertahan sampai detik ini. Mengapa judulnya Amanah? Ya, amanah. Ingatan saya melompat jauh ke sepuluh tahun yang lalu (mungkin), ketika sebelum masuk TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) saya harus menghafalkan dulu “Tepuk Sifat Wajib Bagi Rasul” : Sidiq, Amanah, Fathonah, Tabligh. Amanah berarti dapat dipercaya. Saat itu pengertian saya tentang amanah terbatas pada bahwa saya tidak boleh membocorkan keberadaan teman saya saat bermain petak umpet, tidak boleh men-diskon ketika ustadzah saya memberi tugas untuk mencari sepuluh bacaan idzhar dan ikh