Lucu juga ya. Saat menulis postingan ini saya masih deg-degan akibat menatap layar ponsel terlalu lama. Scrolling up and down whatsapp, twitter, facebook and friends buttons. Bukan, bukan karena membaca pesan kiriman dari kontak spesial atau puisinya Pak Sapardi Djoko Damono melainkan (yes, I'm EYD lover, what?) ada banyak sekali teman yang click-and-share informasi yang mereka dapatkan. Kalau infonya benar dan adem ayem sih nggak masalah. Kebanyakan info yang disebar sifatnya provokatif dan debatable, belum lagi bumbu-bumbu bombastis di setiap akhir pesan: "Sebarkan demi umat!" , "Jika kamu tidak mengirimkan ke 10 orang berarti bla bla blublublub". Yaelahbro...
Sampai akhirnya saya menemukan ini
Lalu saya googling "clicking monkeys".
Manggut-manggutlah saya dan flashback. Iya juga ya, saat ini mana sih media yang netral? Stasiun TV dan media massa aja sebagian besar "punya-nya" orang-orang yang berkepentingan. Mau se-netral apapun, kalau udah bicara uang dan kepentingan, mereka bisa apa?
Pandji Pragiwaksono pernah bilang kalau informasi yang ada saat ini ya asalnya dari opini orang tertentu, jadi pintar-pintarnya kita saja memilih berita yang layak kita percaya. Kalau saya, pertama kali ada berita ya liat dulu narasumber primernya, lalu media yang menerbitkan. Jika perlu, cross check dulu, nggak usah manja dan kayak orang susah, google search beberapa menit juga selesai.
Hal ini berlaku juga ketika kemarin sedang ramai-ramainya berita bencana alam. Baterai smartphone menjadi lebih cepat nge-drop karena broadcast message bertubi-tubi. Sempat beredar pesan singkat isinya kurang lebih memberitahukan warga sekitar Gunung Kelud berjarak sampai ratusan kilometer harap waspada karena diperkirakan awan panas akan menerjang. Di situ tertulis sumbernya adalah BMKG.com. Bayangkan kalau pesan seperti ini dibaca oleh mereka yang terpisah jauh karena sedang bekerja di lain daerah punya keluarga di sekitar lokasi bencana. Kali ini saya harus ngomong: pinter dikiiiiiit dong, dikit aja. Kalau mau ada awan panas, lembaga yang berhak mengeluarkan berita adalah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), bukan BMKG. Dan kalau ngaku sering ngikutin BMKG seharusnya tahu kalau website resminya ada di www.bmkg.go.id.
Jadi, hey kamu yang hobi banget RT-in tweet-nya selebtweet, atau copy-paste grup whatsapp tetangga untuk kemudian di re-share di grup satu dan yang lainnya, dibaca dulu ya itu berita opini, fakta, atau hoax. Smartphone-nya jangan disia-siakan. Kuota jangan cuma habis buat buka gambar new arrivals di online shop kesayangan. Oh, iya saya salah. Flappy bird bikin baterai cepat drop nggak sih?
Sampai akhirnya saya menemukan ini
Seorang wartawan menjuluki mereka yang suka menyebarkan informasi yang tidak jelas sumbernya sebagai the clicking monkeys, tapi celakanya para wartawan sering menjadi kumpulan monyet semacam itu. Mereka menulis apa saja yang dipungut dari sumber apa saja dan tidak jelas. Sebagian menulis tanpa malu dengan tak mencantumkan asal-usul sumbernya.dari blog rusdimathari.wordpress.com.
Lalu saya googling "clicking monkeys".
Manggut-manggutlah saya dan flashback. Iya juga ya, saat ini mana sih media yang netral? Stasiun TV dan media massa aja sebagian besar "punya-nya" orang-orang yang berkepentingan. Mau se-netral apapun, kalau udah bicara uang dan kepentingan, mereka bisa apa?
Pandji Pragiwaksono pernah bilang kalau informasi yang ada saat ini ya asalnya dari opini orang tertentu, jadi pintar-pintarnya kita saja memilih berita yang layak kita percaya. Kalau saya, pertama kali ada berita ya liat dulu narasumber primernya, lalu media yang menerbitkan. Jika perlu, cross check dulu, nggak usah manja dan kayak orang susah, google search beberapa menit juga selesai.
Hal ini berlaku juga ketika kemarin sedang ramai-ramainya berita bencana alam. Baterai smartphone menjadi lebih cepat nge-drop karena broadcast message bertubi-tubi. Sempat beredar pesan singkat isinya kurang lebih memberitahukan warga sekitar Gunung Kelud berjarak sampai ratusan kilometer harap waspada karena diperkirakan awan panas akan menerjang. Di situ tertulis sumbernya adalah BMKG.com. Bayangkan kalau pesan seperti ini dibaca oleh mereka yang terpisah jauh karena sedang bekerja di lain daerah punya keluarga di sekitar lokasi bencana. Kali ini saya harus ngomong: pinter dikiiiiiit dong, dikit aja. Kalau mau ada awan panas, lembaga yang berhak mengeluarkan berita adalah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), bukan BMKG. Dan kalau ngaku sering ngikutin BMKG seharusnya tahu kalau website resminya ada di www.bmkg.go.id.
Jadi, hey kamu yang hobi banget RT-in tweet-nya selebtweet, atau copy-paste grup whatsapp tetangga untuk kemudian di re-share di grup satu dan yang lainnya, dibaca dulu ya itu berita opini, fakta, atau hoax. Smartphone-nya jangan disia-siakan. Kuota jangan cuma habis buat buka gambar new arrivals di online shop kesayangan. Oh, iya saya salah. Flappy bird bikin baterai cepat drop nggak sih?
Comments
Post a Comment